Sabtu, 23 Agustus 2008

RapidWriter

RapidWriter is a brand new high tech System just released within the Wealthy Affiliate University. This program is an Internet marketers DREAM tool that allows you to pump out super highly optimized content for your Articles and Websites. Anyone that gets FREE traffic from Google, Yahoo, MSN, and other popular search engines knows that by creating highly optimized, targeted, and original content is absolutely necessary. RapidWriter is an elaborate (and simple to use) system that produces Turbocharged Search Engine optimized content!

Creating and managing your website and article content is very important, and RapidWriter handles this with ease. All of your content and articles are housed for you within the Wealthy Affiliate proprietary system so that you can work on them from any location where you have Internet access. Whether you're on your on the road, or working from your office, you have full accessibility, when you need it.

RapidWriter Editor

RapidWriter is very intuitive and filled with powerful tools. The coolest part of the system is that all changes and modifications are made in real time as you type and make modifications. In other words, content is updated right before your eyes! You can even check Keyword Density for words and phrases.

This system is so slick with a neat and clean interface . It has a built in thesaurus and an easy to use spell checker which finds and replaces words. Imagine how much time this will save. RapidWriter lets you auto generate original content from a single article! all with just a click of the mouse. Article writing has just been made painless and astonishingly quick.

RapidWriter Keyword Research Tool

Finding the perfect keywords to write your article for, and building your content into your article is a daunting task and can consume much of your time trying to find the perfect phrase that you can monetize. This is what RapidWriter does for you, and it performs an intense search of Google, Yahoo, and Live to find the search results for your keywords and phrases.

It's as easy as typing in a keyword, and RapidWriter does all of the dirty work for you! It even tells you if there are other articles found for the keywords you are researching, what position it was found in Google, and gives you a direct link to look at the article! Talk about "Power Score?" Through the roof! Every search you do will give you a power score and help you determine whether or not you should write an article for that keyword or phrase.

Imagine taking your internet marketing to the next level. You are just one step away from building a highly optimized turbocharged article database with RapidWriter. Quickly and easily research all of the sizzling HOT new keywords and focus on your business to make you more money.

Put Your Content on Auto-Pilot With RapidWriter

Need PLR articles? They're included!. Have your own content? No Problem. It's so easy to generate original content articles with the click of a mouse. I'm talking about 30, 40 or even 50 articles. DONE! All this is done with the power of "word replacement" technology. You can randomly generate unique content from a single source. Imagine never running out of articles for the hot new niche you just discovered. Actually making a "good" I mean "great" living online by sending free targeted traffic to your affiliate links has never been this easy.

...OK, So Where's The Catch?

You have to become a Wealthy Affiliate Member! RapidWriter is Exclusive to Wealthy Affiliate and is available to all members for absolutely nothing. You heard it right, RapidWriter is totally free to members of Wealthy Affiliate. Other companies charge hundreds of dollars a month for programs that offer only a portion of what RapidWriter is capable of doing. RapidWriter is in full use by many members at Wealthy Affiliate right now. Like me! This whole article was done using RapidWriter along with 30 more highly optimized ones just like this in just under 10 minutes. Cool Huh?

You Don't want to miss out on your opportunity to use the system, along with the many other unique products and services offered by the Wealthy Affiliate. Come check it out for yourself. You'll be glad you did.

For information on RapidWriter and Wealthy Affiliates: RapidWriter

About the Author

Discover how you can become an expert article writer instantly and make money doing it. Wealthy Affiliate.

Ajaran Samin (Saminisme)

Ajaran Samin (Saminisme) yang disebarkan oleh Samin Surosentiko (1859-1914), adalah sebuah konsep penolakan terhadap budaya kolonial Belanda dan penolakan terhadap kapitalisme yang muncul pada masa penjajahan Belanda abad ke-19 di Indonesia. Sebagai gerakan yang cukup besar Saminisme tumbuh sebagai perjuangan melawan kesewenangan Belanda yang merampas tanah-tanah dan digunakan untuk perluasan hutan jati.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Asal ajaran Saminisme

Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda misalnya dengan tidak membayar pajak. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut mereka membuat tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri.

[sunting] Tokoh perintis ajaran Samin

Tulisan ini merupakan salah satu dari teks historis-sosiologis yang mencoba disuguhkan untuk mengenal suatu masyarakat secara komprehensif dan mendalam. Dalam tulisan ini akan diuraikan tentang masyarakat samin meliputi; ide terbentuknya masyarakat samin, tiga unsur gerakan Saminisme, masa kepemimpinannya, sumber ajaran Samin, daerah persebaran ajaran Samin, sebab perlawaan orang Samin, pandangan orang Samin terhadap pemimpinnya, potret pemuka masyarakat Samin saat ini, bahasa yang digunakan, kepribadian orang Samin, rites perkawinan orang Samin, pandangan orang Samin pada sebuah nasib, identitas pakaiannya, perkembangan kepercayaannya, dan strategi politik orang Samin.

Tulisam ini diharapkan menjadi suguhan kepada pembaca secara berbeda, karena sampai saat ini masih kentalnya pengetahuan masyarakat akan Orang Samin tidak beda dengan masyarakat yang terbelakang, terisolir dan anti kemajuan. Karena penulis khawatir dari kesekian kalinya kekerasan pada pemeluk aliran kepercayaan sering dipertontontan, dan sangat mungkin terjadi pada pada entitas masyarakat samin.

Tulisan ini merujuk dari berbagai sumber, termasuk buah tangan Sastroatmodjo (2003), film dokumenter mas Arto di Studio 12 Ungaran, dan hasil diskusi hasil KKL (Kuliah Kerja Lapangan) pada saat duduk di bangku kuliah di Program Studi Pendidikan Sosiologi & Antropologi Unnes.

Otak intelektual gerakan Saminisme adalah Raden Surowijoyo. Pengetahuan intelektual Kyai Samin ini di dapat dari ayahanda, yaitu anak dari pangeran Kusumaniayu (Bupati Sumoroto, yaitu kawasan distrik pada kabupaten Tulungagung Jawatimur). Lelaki kelahiran tahun 1859 di Ploso ini sejak dini dijejali dengan pandangan-pandangan viguratif pewayangan yang mengagungkan tapabrata, gemar prihatin, suka mengalah (demi kemenangan akhir) dan mencintai keadilan. Beranjak dewasa, dia terpukul melihat realitas yang terjadi, dimana banyaknya nasib rakyat yang sengsara, dimana Belanda pada saat itu sangat rajin melakukan privatisasi hutan jati dan mewajibkan rakyat untuk membayar pajak. Pada saat itulah, Raden Surowijoyo melakukan perampokan pada keluarga kaya dan hasilnya dibagi-bagi kepada fakir miskin. Dia juga menghimpun para brandalan di Rajegwesi dan Kanner yang dikemudian hari menyusahkan pihak Gupermen. Pada saat itulah, Kyai keturunan bangsawan ini dikenal oleh masyarkat kecil dengan sebutan Kyai Samin yang berasal dari kata “sami-sami amin” yang artinya rakyat sama-sama setuju ketika Raden Surawijoyo melakukan langkah membrandalkan diri untuk membiayai pembangunan unit masyarakat miskin. Kyai Samin Surosantiko tidak hanya melakukan gerakan agresif revolusioner, dia juga melakukan ekspansi gagasan dan pengetahuan sebagai bentuk pendekatan transintelektual kaum tertindas (petani rakyat jelata) dengan cara ceramah dipendopo-pendopo pemerintahan desa. Isi dari ceramah ini yaitu keinginan membangun kerajaan Amartapura. Adapun pesan substantif yang didengung-dengungkan yaitu meliputi; jatmiko (bijaksana) dalam kehendak, ibadah, mawas diri, mengatasi bencana alam dan jatmiko selalu berpegangan akan budi pekerti.

Namun akhir pergerakan dari Kyai Samin Surosantiko di cekal oleh Belanda dan dibuang di Tanah Lunto pada tahun 1914, yang belum sempat mengaktualisasikan seluruh ide-idenya. Bukan hanya otak pergerakannya, bahkan kitab orang Samin yang ditulisnya juga di sita yang berjudul Serat Jamus Kalimasada, demikian pula dengan kitab-kitab pandom kehidupan orang-orang Samin. Kyai Samin Surosantiko merupakan generasi Samin Anom yang melanjutkan gerakan dari sang Ayah yang disebut sebagai Samin Sepuh. Sehingga masa kepemimpinannya, ajaran Saminisme terbagai dalam dua sekte, yaitu sekte Samin Sepuh dan sekte Samin Anom. Siklus kepemimpinan ini secara mati-matian berusaha menciptakan masyarakat yang bersahaja lahir dan batin. Kyai Samin memiliki sikap puritan, dia bukanlah petani biasa, namun dia adalah cucu dari seorang pangeran. Kyai Samin adalah orang yang gigih dalam menggoreskan kalam untuk membagun insan kamil dengan latar belakang ekonomi yang mapan.

Masyarakat Samin memiliki tiga unsur gerakan Saminisme; pertama, gerakan yang mirip organisasi proletariat kuno yang menentang system feodalisme dan kolonial dengan kekuatan agraris terselubung; kedua, gerakan yang bersifat utopis tanpa perlawanan fisik yang mencolok; dan ketiga, gerakan yang berdiam diri dengan cara tidak membayar pajak, tidak menyumbangkan tenaganya untuk negeri, menjegal peraturan agraria dan pengejawantahan diri sendiri sebagai dewa suci. Menurut Kartodirjo, gerakan Samin adalah sebuah epos perjuangan rakyat yang berbentuk “kraman brandalan” sebagai suatu babak sejarah nasional, yaitu sebagai gerakan ratu adil yang menentang kekuasaan kulit putih.

Ajaran Samin bersumber dari agama Hidhu-Dharma. Beberapa sempalan ajaran Kyai Samin yang ditulis dalam bahasa jawa baru yaitu dalam bentuk puisi tradisional (tembang macapat) dan prosa (gancaran). Secara historis ajaran Samin ini berlatar dari lembah Bengawan Solo (Boyolali dan Surakarta). Ajaran Samin berhubungan dengan ajaran agama Syiwa-Budha sebagai sinkretisme antara hindhu budha. Namun pada perjalannanya ajaran di atas dipengaruhi oleh ajaran ke-Islaman yang berasal dari ajaran Syeh Siti Jenar yang di bawa oleh muridnya yaitu Ki Ageng Pengging. Sehingga patut di catat bahwa orang Samin merupakan bagian masyarakat yang berbudaya dan religius.

Daerah persebaran ajaran Samin menurut Sastroatmodjo (2003) diantaranya di Tapelan (bojonegara), Nginggil dan Klopoduwur (Blora), Kutuk (Kudus), Gunngsegara (Brebes), Kandangan (Pati), dan Tlaga Anyar (Lamongan). Ajaran di beberapa daerah ini merupakan sebuah gerakan meditasi dan mengerahkan kekuatan batiniah guna menguasai hawa nafsu.

Sebab perlawaan orang Samin sebenarnya merefleksikan kejengkelan penguasa pribumi setempat dalam menjalankan pemerintahan di Randublatung. Tindakan perlawanan ini dalam bentuk gerakan mogok membayar pajak, mengambil pohon kayu di hutan semaunya, bepergian tanpa membayar karcis kereta dan sebagainya. Perbuatan di atas membuat Belanda geram dan meyinggung banyak pihak yang menimbulkan kontradiksi yang tak kunjung padam dan membara.

Pandangan orang Samin terhadap pemimpinnya sampai saat ini masih mengakui bahwa Kyai Samin tidak pernah mati, Kyai Samin hanya mokhsa yang menjadi penghuni kaswargan. Tokoh ini dimitoskan secara fanantik, bahkan pada momentum perayaan upacara rasulan dan mauludan sebagai ajang untuk mengenang kepahlawanan Kyai Samin. Setiap pemuka masyarakat Samin selalu berbegangan sejenis primbon (kepek) yang mengatur kehidupan luas, kebijaksanaan, petunjuk dasar ketuhanan, tata pergaulan muda-mudi, remaja, dewasa dan antarwarga Samin .

Bahasa yang digunakan oleh orang Samin yaitu bahasa kawi yang ditambah dengan dialek setempat, yaitu bahasa kawi desa kasar. Orang Samin memiliki kepribadian yang polos dan jujur hal ini dapat dilihat setiap ada tamu yang datang, orang Samin selalu menyuguhkan makanan yang dimilikidan tidak pernah minyimpan makanan yang dimilikinya. Pengatahuan orang Samin terhadap rites perkawinan adalah unik, mereka menganggap bahwa dengan melalui rites perkawinan, mereka dapat belajar ilmu kasunyatan (kajian realistis) yang selalu menekankan pada dalih kemanusiaan, rasa sosial dan kekeluargaan dan tanggung jawab sosial. Orang Samin percaya dalam menuju kemajuan harus dilalui dengan marangkak lambat. Hal ini dapat dilihat dengan perilaku menolak mesin seperti traktor, huller dan lain-lain. Pakaian yang digunakan orang Samin adalah kain dengan dominasi warna hitam dengan bahan yang terbuat dari kain kasar.

Suku Samin juga mengalami perkembangan dalam hal kepercayaan dan tata cara hidup. Kawasan daerah Pati dan Brebes, terdapat sempalan Samin yang disebut Samin Jaba dan Samin Anyar yang telah meninggalkan tatacara hidup Samin dahulu. Selain itu, di Klapa Duwur (Blora) Purwosari (Cepu), dan Mentora (Tuban) dikenal wong sikep, mereka ini dulunya fanatik, tapi kini meninggalkan arahan dasar dan memilih agama formal, yakni Budha-Dharma.

Beberapa pikiran orang Samin diantaranya; menguasai adanya kekuasaan tertinggi (sang Hyang Adi budha), ramah dan belas kasih terhadap sesama mahluk, tidak terikat kepada barang-barang dunia-kegembiraan-dan kesejahteraan, serta memelihara keseimbangan batin dikalangan antar warga. Orang Samin dengan jelas mencita-citakan membangun negara asli pribumi, yang bebas dari campur tangan orang kulit putih, tiada dominasi barat satupun. Ajaran politik yang dikenakan pada suku Samin yaitu cinta dan setia kepada amanat leluhur, kearifan tua, cinta dan hormat akan pemerintahan yang dianggap sebagai orang tua dan sesepuh rohani, hormat dan setia pada dunia intelektual.

Dengan suguhan tulisan ini, diharapkan wawasan dan pengetahuan saya dan pembaca semuanya lebih terbuka serta kemudian mampu bersikap bijak dan arif dalam memandang sebuah reailtas yang ada.

[sunting] Daerah penyebaran dan para pengikut ajaran Samin

Tersebar pertamakali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890 pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan. Atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.

Dua tempat penting dalam pergerakan Samin adalah Desa Klopodhuwur di Blora dan Desa Tapelan di Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, yang memiliki jumlah terbanyak pengikut Samin. Mengutip karya Harry J. Benda dan Lance Castles (1960), orang Samin di Tapelan memeluk saminisme sejak tahun 1890. Dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië (1919) diterangkan, orang Samin seluruhnya berjumlah 2.300 orang (menurut Darmo Subekti dalam makalah [[Tradisi Lisan Pergerakan Samin, Legitimasi Arus Bawah Menentang Penjajah, (1999), jumlahnya 2.305 keluarga sampai tahun 1917, tersebar di Blora, Bojonegoro, Pati, Rembang, Kudus, Madiun, Sragen, dan Grobogan) dan yang terbanyak di Tapelan.

[sunting] Wong Sikep

Orang-orang Samin sebenarnya kurang suka dengan sebutan “Wong Samin” sebab sebutan tersebut mengandung arti tidak terpuji yaitu dianggap sekelompok orang yang tidak mau membayar pajak, sering membantah dan menyangkal aturan yang telah ditetapkan sering keluar masuk penjara, sering mencuri kayu jati dan perkawinannya tidak dilaksanakan menurut hukum Islam. Para pengikut Saminisme lebih suka disebut “Wong Sikep”, artinya orang yang bertanggung jawab sebutan untuk orang yang berkonotasi baik dan jujur.

[sunting] Konsep ajaran Samin

Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran:

Konsep Ajaran Masyarakat Samin masuk dalam kategori Budaya Masyarakat Samin : Keseimbangan , Harmonisi , Kesetaraan Keadilan. Adalah prinsip dan falsafah hidup Masy Samin tetap diyakini sampai saat ini Tahun 2006 . Dengan Tradisi Lisan menjaga Budaya dan Tradisi Lisan kepada generasi dan keturunan tingkat ke 4 adalah suatu hal yang perlu mendaatkan penelitian, yang berlanjut kepada pengakuan akan keberadaan Masayarakat Samin yang mempunyai kekhasan dalam bersikap dan bertindak. Masyarakat statis menjaga tradisi untuk kelanggengan keyakinan.

[sunting] Pokok-pokok ajaran Saminisme

Pokok ajaran Samin adalah sebagai berikut:

  • Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dlam hidupnya.
  • Jangan menggangu orang, jangan bertengkar, jangan suka irihati dan jangan suka mengambil milik orang.
  • Bersikap sabar dan jangan sombong.
  • Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu dibawa abadi selamanya.Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.
  • Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan ada unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.

[sunting] Kitab Suci Orang Samin

Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang Samin juga memiliki "kitab suci". "Kitab suci"' itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin.

Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa.

Dengan mempedomani kitab itulah, orang Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah "Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni."

[sunting] Riwayat hidup Samin

Samin Surosentiko lahir pada 1859 dengan nama Raden Kohar di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau Samin Sepuh. Ia mengubah namanya menjadi Samin Surosentiko sebab Samin adalah sebuah nama yang bernafas wong cilik. Samin Surosentiko masih mempunyai pertalian darah dengan Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro dan Pangeran Kusumoningayu yang berkuasa di Kabupaten Sumoroto ( kini menjadi daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) pada 1802-1826.

Pada 1890 Samin Surosentiko mulai mengembangkan ajarannya di daerah Klopoduwur, Blora. Banyak yang tertarik dan dalam waktu singkat sudah banyak orang menjadi pengikutnya. Saat itu pemerintah Kolonial Belanda menganggap sepi ajaran tersebut. Cuma dianggap sebagai ajaran kebatinan atau agama baru yang remeh temeh belaka.

Pada 1903 residen Rembang melaporkan terdapat 722 orang pengikut Samin yang tersebar di 34 desa di Blora bagian selatan dan Bojonegoro. Mereka giat mengembangkan ajaran Samin. Pada 1907, pengikut Samin sudah berjumlah sekitar 5000 orang. Pemerintah mulai merasa was-was sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan.

Pada 8 November 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh pengikutnya sebagai Ratu Adil dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Kemudian 40 hari sesudah menjadi Ratu Adil itu, Samin Surosentiko ditangkap oleh asisten Wedana Randublatung, Raden Pranolo. Beserta delapan pengikutnya, Samin lalu dibuang ke luar Jawa (ke kota Padang, Sumatra Barat), dan meninggal di Padang pada 1914.

Tahun 1908, Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan gerakan Samin. Pada 1908, Wongsorejo, salah satu pengikut Samin, menyebarkan ajarannya di Madiun, mengajak orang-orang desa untuk tidak membayar pajak kepada pemerintah. Wongsorejo dengan sejumlah pengikutnya ditangkap dan dibuang keluar Jawa.

Pada 1911 Surohidin, menantu Samin Surosentiko dan Engkrak salah satu pengikutnya menyebarkan ajaran Samin di Grobogan. Karsiyah menyebarkan ajaran Samin di kawasan Kajen, Pati. Perkembangannya kemudian tidak jelas.

Tahun 1912, pengikut Samin mencoba menyebarkan ajarannya di daerah Jatirogo, Kabupaten Tuban, namun gagal.

Puncak penyebaran gerakan Samin terjadi pada 1914. Pemerintah Belanda menaikkan pajak. Disambut oleh para pengikut Samin dengan pembangkangan dan penolakan dengan cara-cara unik. Misalnya, dengan cara menunjukkan uang pada petugas pajak, "Iki duwite sopo?" (bahasa Jawa: Ini uangnya siapa?), dan ketika sang petugas menjawab, "Yo duwitmu" (bahasa Jawa: Ya uang kamu), maka pengikut Samin akan segera memasukkan uang itu ke sakunya sendiri. Singkat kata, orang-orang Samin misalnya di daerah Purwodadi dan di Balerejo, Madiun, sudah tidak lagi menghormati pamong Desa, polisi, dan aparat pemerintah yang lain.

Dalam masa itu, di Kajen Pati, Karsiyah tampil sebagai Pangeran Sendang Janur, mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membayar pajak. Di Desa Larangan, Pati orang-orang Samin juga mengejek dan memandang para aparat desa dan polisi sebagai badut-badut belaka.

Di Desa Tapelan, Bojonegoro juga terjadi perlawanan terhadap pemerintah, dengan tidak mau membayar pajak. Karena itu, teror dan penangkapan makin gencar dilakukan pemerintah Belanda terhadap para pengikut Samin.

Pada tahun 1914 ini akhirnya Samin meninggal dalam pengasingannya di Sumatra Barat. Namun teror terus dilanjutkan oleh pemerintah Belanda terhadap pengikut Samin. Akibat teror ini, sekitar tahun 1930-an, perlawanan gerakan Samin terhadap pemerintah kolonial menguap dan terhenti.

[sunting] Sikap Orang Samin

Walaupun masa penjajahan Belanda dan Jepang telah berakhir, orang Samin tetap menilai pemerintah Indonesia saat itu tidak jujur. oleh karenanya, ketika menikah, mereka tidak mencatatkan dirinya baik di Kantor Urusan Agama/(KUA) atau di catatan sipil.

Secara umum, perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat jujur dan polos tetapi kritis.

[sunting] Bahasa Orang Samin

Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.

[sunting] Pakaian Orang Samin

Pakaian orang Samin biasanya terdiri baju lengan panjang tidak memakai krah, berwarna hitam. Laki-laki memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkain sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki.

[sunting] Sistem kekerabatan

Dalam hal kekerabatan masyarakat Samin memiliki persamaan dengan dengan kekerabatan Jawa pada umumnya. Sebutan-sebutan dan cara penyebutannya sama. Hanya saja mereka tidak terlalu mengenal hubungan darah atau generasi lebih ke atas setelah Kakek atau Nenek.

Hubungan ketetanggaan baik sesama Samin maupun masyarakat di luar Samin terjalin dengan baik. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan masyarakat Samin memiliki tradisi untuk saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga mempunyai hajat sekalipun tempat tinggalnya jauh.

[sunting] Pernikahan bagi orang Samin

Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan “Atmaja (U)Tama” (anak yang mulia).

Dalam ajaran Samin , dalam perkawinan seorang pengantin laki-laki diharuskan mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian : “ Sejak Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama…… Saya berjanji setia kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua.”

Demikian beberapa ajaran kepercayaan yang diajarkan Samin Surosentiko pada pengikutnya yang sampai sekarang masih dipatuhi warga samin.

Menurut orang Samin perkawinan sudah dianggap sah walaupun yang menikahkan hanya orang tua pengantin.

Ajaran perihal Perkawinan dalam tembang Pangkur orang Samin adalah sebagai berikut (dalam Bahasa Jawa):


Basa Jawa Terjemahan
Saha malih dadya garan, "Maka yang dijadikan pedoman,
anggegulang gelunganing pembudi, untuk melatih budi yang ditata,
palakrama nguwoh mangun, pernikahan yang berhasilkan bentuk,
memangun traping widya, membangun penerapan ilmu,
kasampar kasandhung dugi prayogântuk, terserempet, tersandung sampai kebajikan yang dicapai,
ambudya atmaja 'tama, bercita-cita menjadi anak yang mulia,
mugi-mugi dadi kanthi. mudah-mudahan menjadi tuntunan."

[sunting] Sikap terhadap lingkungan

Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungan sangat positif, mereka memanfaatkan alam (misalnya mengambil kayu) secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi. Hal ini sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan dan apa adanya. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi penghidupan kepada mereka. Sebagai petani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya.Dalam pengolahan lahan (tumbuhan apa yang akan ditanam) mereka hanya berdasarkan musim saja yaitu penghujan dan kemarau. Masyarakat Samin menyadari isi dan kekayaan alam habis atau tidak tergantung pada pemakainya.

[sunting] Pemukiman

Pemukiman masyarakat Samin biasanya mengelompok dalam satu deretan rumah-rumah agar memudahkan untuk berkomunikasi. Rumah tersebut terbuat dari kayu terutama kayu jati dan juga bambu, jarang ditemui rumah berdinding batu bata. Bangunan rumah relatif luas dengan bentuk limasan, kampung atau joglo. Penataan ruangnya sangat sederhana dan masih tradisional terdiri ruang tamu yng cukup luas, kamar tidur dan dapur. Kamar mandi dan sumur terletak agak jauh dan biasanya digunakan beberapa keluarga. Kandang ternak berada di luar di samping rumah.

[sunting] Upacara dan tradisi

Upacara-upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain nyadran (bersih desa) sekaligus menguras sumber air pada sebuah sumur tua yang banyak memberi manfaat pada masyarakat. Tradisi selamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian. Mereka melakukan tradisi tersebut secara sederhana.

[sunting] Masyarakat Samin saat ini

Sekalipun masyarakat Samin berusaha mempertahankan tradisi namun tidak urung pengaruh kemajuan jaman juga mempengaruhi mereka. Misalnya pemakaian traktor dan pupuk kimiawi dalam pertanian, alat-alat rumah tangga dari plastik, aluminium dan lain nya. Yang diharapkan tidak hilang terpupus zaman adalah nilai-nilai positif atau kearifan lokal yang telah ada pada masyarakat Samin tersebut, misal kejujuran dan kearifannya dalam memakai alam, semangat gotong royong dan saling menolong yang masih tinggi.


[sunting] Referensi

  • Judul Buku : Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa Tengah
  • Penulis : Dra. Titi Mumfangati, dkk
  • Penerbit : Jarahnitra, 2004, Yogyakarta
  • Halaman : xiii + 164

astroatmodjo (2003) film dokumenter mas Arto di Studio 12 Ungaran hasil diskusi hasil KKL (Kuliah Kerja Lapangan) pada saat duduk di bangku kuliah di Program Studi Pendidikan Sosiologi & Antropologi Unnes

[sunting] Lihat pula

[sunting] Pranala luar

Potensi Wisata Budaya

Potensi Wisata Budaya
Potensi Wisata Budaya adalah sesuatu bentuk atau jenis potensi wisata dengan berbagai atraksi kesenian rakyat/tradisional adat budaya yang berkembang di masyarakat Kabupaten Blora yang mampu berkiprah sebagai pendukung daya tarik Kepariwisataan Daerah di Tingkat Nasional maupun Mancanegara. Adapun Wisata Budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Blora diantaranya adalah : Kesenian Tayub, Wayang Krucil, Wayang Tengul, Kentrung, Barongan, Khotekan Lesung, dan masih banyak yang lain.
Berdasarkan data yang dapat dikumpulkan, potensi wisata budaya daerah sudah berkembang sebelum zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada zaman masih berdirinya Kadipaten Jipang Panolan diwilayah Blora bagian Timur. Potensi Wisata Budaya ini mengalami perkembangan dengan baik sekitar tahun 1940 s/d 1955. Potensi budaya ini dapat mengekspresikan : Nilai Budaya, Babat Sejarah, Cerita Rakyat, Sarana Dakwah Agama, Media Pendidikan dan Penerangan, Pembangkit rasa perjuangan, serta sebagai Hiburan Pelepas Nadzar ( Khaulan ), Khitanan, Perkawinan dsb.
Dengan semakin berkembangnya kepariwisataan di Kabupaten Blora, Potensi Wisata Budaya Blora semakin banyak diminati wisatawan Nusantara maupun Mancanegara bail lewat Event Khusus maupun Paket Daerah.

Makam Maling Gentiri

Makam Maling Gentiri
Makam Maling Gentiri terletak di Desa Kawengan, Kecamatan Jepon, lebih kurang 12 km kearah Timur dari Kota Blora, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut buku karya Sartono Dirdjo ( Tahun 1984 ), serta buku Tradisional Blora karya Prof. DR.Suripan Sadi Hutomo ( tahun 1966 ) serta hasil dari cerita rakyat, Gentiri adalah putra dari Kyai Ageng Pancuran yang saat hidupnya mempunyai kesaktian tinggi ( sakti mondroguna ), suka menolong kepada orang yang sedang kesusahan, orang yang tidak mampu dan sebagainya, suka mencuri ( maling ) namun bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain yang sedang kesusahan. Maling Gentiri dijuluki Ratu Adil yang dianggap sebagai tokoh yang suka mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Dengan perjalanan sejarah yang panjang akhirnya Maling Gentiri sadar dan semua perbuatan yang melanggar hukum dia tinggalkan, hingga akhirnya dia meninggal dan dimakamkan di Ds. Kawengan, Kecamatan Jepon. Karena jasa-jasanya banyak, masyarakat setempat atau dari daerah lain yang datang ke makam tersebut karena masih dianggap keramat
( Karomah ), baik untuk berziarah maupun untuk tujuan tertentu.

Makam Jati Kusumo dan Jati Swara di Desa Janjang Kec. Jiken

Makam Jati Kusumo dan Jati Swara
Makam Jati Kusumo dan Jati Swara terletak di Desa Janjang, Kecamatan Jiken lebih kurang 31 km kearah Tenggara dari Kota Blora atau lebih kurang 10 km dari Kecamatan Jiken, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dengan luas areal lebih kurang 1 Ha yang didalamnya terdapat Makam Jati Kusumo dan Jati Swara, makam Rondo Kuning ( putri yang tergila-gila ingin diperistri oleh kedua bangsawan tersebut ), empat makam sahabat , Bangsal sesaji, Guci berisi air ( dianggap punya karomah ), Batu Pasujudan, dan juga bangsal untuk pertunjukan Wayang Krucil. Menurut ceritera rakyat setempat Pangeran Jati Kusumo dan Jati Swara adalah dua bersaudara kakak beradik putra dari Sultan Pajang, Mempunyai kesaktian yang tinggi, suka menolong orang lain, suka mengembara kemana0mana dengan tujuan untuk menyebarkan Agama Islam. Terbukti dengan adanya bangunan masjid disana karena jasa-jasanya. Sebagai kelanjutan dan kesinambungan antara Masyarakat Janjang dengan kedua tokoh tersebut, secara rutin setiap 1 tahun sekali diadakan upacara khusus yaitu Upacara Manganan Janjang yang merupakan penggambaran sifat kegotong royongan masyarakat dan rasa syukur karena Panen Padi yangf melimpah. Upacara Manganan Janjang dilaksanakan setiap jumat pon bulan sapar ( Tahun Jawa ). Setiap malam Jumat Pon juga banyak dikunjungi masyarakat baik dari dalam maupun luar daerah dengan tujuan tertentu, bahkan banyak wisatawan yang berkunjung kesana pada saat Upacara Manganan Janjang.

Makam Purwo Suci Ngraho Kedungtuban

Makam Purwo Suci Ngraho Kedungtuban
Makam Purwo Suci terletak di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban lebih kurang 43 km kearah tenggara dari Kota Blora, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat sampai ke jalan desa kemudian untuk mencapai makam dolanjutkan dengan berjalan kaki lebih kurang 500 m sambil menikmati pemandangan alam, karena letaknya berada di puncak perbukitan dengan luas areal bangunan makam lebih kurang 49 persegi. Menurut informasi atau cerita dari masyarakat setempat Makam Purwo Suci adalah makam seorang Adipati Penolan sesudah Haryo Penangsang bernama Pangeran Adipati Notowijoyo. Di dalam halaman makam tersebut juga terdapat Makam Nyai Tumenggung Noto Wijoyo, karena jasa-jasanya, sampai saat ini makam tersebut masih banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk tujuan tertentu, bahkan pernah dipugar oleh Bupati Blora pada tahun 1864 dengan memakai sandi sengkolo, Karenya Guna Saliro Aji ( tahun 1864 ) . Menurut ceritera yang panjang, makam ini cocok dikunjungi oleh wisatawan yang senang akan olah roso dan olah kebatinan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Petilasan Kadipaten Jipang

Petilasan Kadipaten Jipang
Petilasan Kadipaten Jipang terletak di Desa Jipang, Kecamatan Cepu lebih kurang 45 km kearah Tenggara dari Kota Blora. Objek wisata ini merupakan objek wisata peninggalan sejarah dan adat budaya pada jaman Kerajaan Pajang. Terkenal dengan sebutan Kadipaten Jipang Panolan yang berkedudukan di Desa Jipang, Kecamatan Cepu dan berada dipinggir Bengawan Solo, disamping sebagai pusat Pemerintahan sekaligus juga sebagai Bandar Perdagangan. Pada saat itu pemimpin Kadipaten Jipang adalah Adipati Aryo Penangsang dengan kudanya yang terkenal sakti ; "Gagak Rimang". Petilasan Kadipaten Jipang Panolan setelah dihancurkan oleh Pajang yang masih ada hingga sekarang : Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore, Petilasan Masjid, Makam Kerabat Kadipaten waktu itu atau disebut Makam Gedhongan antara lain : Makam R. Bagus Sumantri, R. Sosrokusumo, R.A. Sekar Winangkrong, Tumenggung Ronggo Admojo, serta lebih kurang 20 meter ditepi Bengawan Solo terdapat Makam Santri Songo yang dibunuh karena diduga mata-mata dari Pajang, diantara kesembilan makam tersebut menurut keterangan penduduk, nama yang dikenal yaitu : R. Bagus Sulaiman, Ismail, dan Sulastri, Petilasan Kadipaten Jipang banyak dikunjungi masyarakat untuk berziarah atau tujuan tertentu, terutama pada hari kamis malam jumat.

Kabupaten Blora

Kabupatèn Blora



Lambang Blora


Motto: "Çaçana Jaya Kerta Bhumi"

Dina Dadi:

11 Desember 1749

Ibukutha:

Blora

Bupati:

RM Yudhi Sancoyo

Wakil Bupati:

---

Jembar
- Total:


1.794,40 km²

Kecamatan
- Cacahe:


16 Kecamatan

Pedhunung
- Total:
- Kapadhetan:


+/- 0,827 yuta
+/- 461 / km²

Suku Bangsa:

wong Jawa

Agama:

Kejawen, Islam, Protestan, Katolik, Hindu lan Buddha

Basa:

Dhialek Blora, Basa Jawa lan Basa Indonesia

Kabupatèn Blora iku salah siji kabupatèn ing Jawa Tengah, lokasine ing sisih wetan, tapel wates karo Propinsi Jawa Wetan, udakara 127 km sisih wétané Semarang. Kutha Blora iku ibukutha kabupatene, déné kutha-kutha liyane : Cepu, Ngawen, Kunduran, Jepon, Jiken, Doplang, Randublatung, Kradenan lan liya-liyane. Jembaré wilayah Kabupatèn iki ± 1.794,40 km2 utawa --- hektar. Kabupatèn Blora nduwèni tlatah sing paling endhèk 30 nganti 280 mèter sak ndhuwuré permukaan segara, déné sing paling dhuwur nganti 500 mèter sak ndhuwuré permukaan segara. Kecamatan Japah minangka tlatah sing palin dhuwur, déné Kecamatan Cepu minangka tlatah sing paling endhèk dhéwé. Wilayah Kabupatèn Blora diapit déning Pegunungan Kendeng Lor lan Pegunungan Kendeng Kidul, kanthi susunan lemah arupa 56 % gromosol, 39 % mediteran lan 5 % aluvial. Miturut tata guna tanah, daerah alas minangka tlatah sing paling amba dhéwé yakuwi kurang luwih saka 90 hektar utawa 49,66 persèn, disusul lahan sawah kurang luwih 46 hektar lan tegalan 26 hektar. [1] Kecamatan Cepu sing kawentar sugih kekandutan lenga patra (Blok Cepu), minangka wates karo Propinsi Jawa Wetan (Kabupatèn Bajanegara lan Kabupatèn Ngawi). Tapel wates mau arupa tapel wates alam, yakuwi Kali Bengawan Solo. Salah sawijining daerah aliran Bengawan Solo sing diarani Bengawan Soré, kawentar minangka daerah sing dadi lokasi perang antarané Arya Penangsang lan Sutawijaya sing dicritaaké ana ing Legenda Arya Jipang. Liyané Legenda Arya Penangsang karo jaran Gagak Rimangé, Kabupatèn Blora uga kawentar dening anané ajaran Saminisme sing asalé saka tlatah Klopodhuwur Blora. Masyarakat Samin iki sering banget didadèkaké obyèk penelitian dening para mahasiswa utawa peneliti liyané saka Universitas Gajah Mada lan Lembaga Pawiyatan Luhur liyané.


Sajarah

Kawit jaman Keraton Pajang nganti jaman Keraton Mataram Kabupatèn Blora arupa daerah wigati tumrap Pemerintahan Pusat Keraton, amerga Blora kawentar alas jatiné. Blora wiwit owah statusé saka apanage dadi daerah Kabupatèn ana ing dina Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, utawa tanggal 11 Desember 1749 Masehi, lan nganti saiki dadi DINA DADI KABUPATEN BLORA. Bupati sing kapisan yaiku WILATIKTA. Sejarah perlawanan Rakyat Blora nglawan penjajah Walanda sing dipelopori déning para among tani diwiwiti ing akhir abad ka 19 lan awal abad ka 20. Perlawanan para petani iku mau magepokan karo tansaya munduré kondhisi sosial lan ekonomi warga desa. Pajak Kepala sing ditrapaké nalika taun 1882 pancèn dirasa abot déning para petani saéngga para petani dipimpin déning Samin Surosentiko miwiti perlawanan sing dikenal ana sejarah minangka Gègèr Samin. [2]

Geografis

Dunungé

Kabupatèn Blora dumunung ana ing wilayah paling ujung wétan Propinsi Jawa Tengah. Jarak paling adoh saka kulon mengétan antara 57 km lan jarak paling adoh saka lor mengidul kira-kira 58 km.

Pintu Gerbang ke Blora saka arah Purwodadi





Wates Astronomis

Kabupatèn Blora dumunung ana ing antara 111° 016' nganti 111° 338' Bujur Wetan lan antara 6° 528' nganti 7° 248' Lintang Kidul. [3]

Wates Administratif

Pemerentahan

Kabupatèn Blora ketata saking 16 kecamatan, 24 kelurahan lan 271 désa. Kecamatan-Kecamatan ing Kabupatèn Blora yaiku:

Bakul Legen ning Alun-alun Blora

Ekonomi

Pertanian

Pertanian minangka sektor utama perekonomian Kabupatèn Blora. Pari,téla pohung,lombok abang,dadi produk unggulan masyarakat petani ing Blora. Nanging kuciwané akèh sawah sing durung keduman pengairan saéngga panèné mung setahun pisan. Yèn mangsa ketiga para among tani padha nandur semangka, timun utawa krai. Dene sub sektor Kehutanan pancèn Kabupatèn Blora wis kawentar biyèn mula minangka tlatah sing ngasilaké kayu jati sing kualitasé paling apik ing Pulo Jawa. Kurang luwih 49,66 persen luas tlatah Kabupatèn Blora dipigunakan kanggo alas negara, kapara dadi telung kesatuan administrasi yaiku KPH Randublatung, KPH Cepu dan KPH Blora.

Kerajinan Jati di Jepon Blora

Alas Jati Blora

Perdagangan

Komoditas perdagangan sing paling utama ing Blora arupa produk kayu jati, kayata industri hasil kayu, mebel, kerajinan kayu gémbol, kerajinan sovenir saka bahan kayu jati. Saliyané kuwi produk-produk hasil tetanèn arupa pari utawa beras, gedhang, jagung, téla, lombok abang lan liya liyané

Pertambangan

Kabupatèn Blora wiwit jaman Walanda wis kawentar minangka daerah penghasil lenga patra. Jaman biyèn diolah déning Perusahaan Walanda BPM. Nganti sapréné isih ana tilasé arupa sumur-sumur lenga sing isih migunaaké pompa angguk. Liyané kuwi uga ana Akademi Migas ing tlatah Sorogo sing saiki jenengé dadi Pusat Pendidikan Latihan Migas. Sawisé mati puluhan taun ora ana penambangan manèh, ujug-ujug taun 2006 ditemokaké cadangan lenga sing akèh banget ing tlatah Blora lan Bojonegoro sing kawentar kanthi jeneng Blok Cepu. Ladang lenga patra sing kawentar kanthi jeneng Blok Cepu ambané 45 km saka sisih wétan daerah Kapas, Kabupatèn Bajanegara nganti sisih kulon ing Kedung Tuban, Kabupatèn Blora iku, kira-kira ngandut cadangan lenga patra nganti 650 yuta barel lan 1,7 triliun cubic feet gas alam. Masyarakat Indonesia utamané warga Blora lan Bojonegoro mesthi waé ngrasa bungah lan antusias arep diwiwitiné pengeboran sumur-sumur lenga Blok Cepu ana ing akhir taun 2007.

Transportasi

Kabupatèn Blora diliwati dalan propinsi sing nyambungaké kutha Semarang lan kutha Surabaya ngliwati Kutha Purwodadi. Dalan liyané sing klebu wigati yakuwi dalan sing nyambungaké kutha Rembang, Blora, Cepu, Bojonegoro, Suroboyo. Sing parané ngidul saka Cepu bisa liwat Ngawi terus Mediun utawa Sragen. Jalur sepur uga ngliwati tlatah Kabupatèn Blora, yakuwi jurusan Jakarta- Suroboyo sing mandheg ana ning stasiun Cepu.

Pendidikan

No.

Jenis Sekolah

Jumlah Sekolah/Akademi/PT

Jumlah Guru/Dosen

1

Sekolah Dasar

663

4 690

2

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

75

1 577

3

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

39

1 151

4

MIN / MIS (Ibtidaiyah)

53

438

5

MTsN / MTsS (Tsanawiyah)

37

513

6

MAN / MAS (Aliyah)

7

157

7

Akademi

2

38

8

Perguruan Tinggi

1

26

Sumber Data : Deptan 2000 [4]

Budaya

Kesenian

  • Seni Tayuban. Tayuban iku sawijining seni kabudayan tradisional sing sumebar ana ing tlatah Blora lan sakubengé. Saliyané kanggo nyambut tamu kaurmatan, tayuban uga dipéntasaké nalika sedekah bumi utawa pesta-pesta adat liyané. Ing sajroning tayuban para tamu sing ketiban sampur olèh kaurmatan kanggo njogèt bareng karo penari tayub. [5] Perkembangan sakbanjurè seni tayub uga ngetutké perkembangan seléra masyarakat yaiku lebur dadi siji karo musik [dangdut] lan [campursari] sing lagi digandrungi warga. Sawetara kuwi dampak negatipé uga ana yaiku banjur dicampuri ananing minuman keras lan tindak tanduk sing mengarah kurang trapsila, kayadéné sing katulis ana ing majalah Intisari lan kalawarti Kompas. [6] [7] [8]

Wayang Krucil koleksi Museum Mahameru Blora

  • Barongan. Kesenian Barong utawa Barongan minangka sawijining kesenian rakyat Jowo Tengah. Nanging yèn dibandingaké karo saerah-daerah liya ing Jowo Tengah, sumebaré seni barongan ing Blora pancèn luwih akèh.Liwat Barongan, katon sipat kerakyatané masyarakat Blora, antara liya sipat spontan, kaluwargan, prasaja, kasar, kuat, rukun lan wani alalandhesan kebenaran. Kesenian iki awujud tarian kelompok sing nirokaké Singabarong sing prakosa lan tokoh liyané yakuwi Bujangganong, Joko Lodro, Reog, Noyontoko lan Untub. [9]

  • Wayang Krucil. Tontonan Wayang Krucil wis rada langka. Sisa-sisa wayangé ana ing tlatah Blora kari didarbèni déning sawetara warga antarané déning dalang Wayang Krucil Supangkat (45), penduduk Desa Janjang Kecamatan Jiken, Blora. Wayang Krucil, utawa ing tlatah liya dijenengi Wayang klithik kuwi digawé saka kayu. Nanging rada béda karo Wayang Golek sing awaké wangun gilig kaya manungsa, wayang krucil wanguné gèpèng, mèmper wayang kulit. Déné gedebog sing biasané dienggo nancepaké wayang diganti nganggo kayu sing di bolongi. [10]

  • Kentrung. Kesenian kentrung awujud seni ndongèng sing dalangé crita sinambi nabuh kentrung, yakuwi sawijiné alat tetabuhan kaya rebana.

Ajaran Samin (saminisme)

  • Ajaran Kebathinan. Miturut warga Samin ing desa Tapelan, Samin Surosentiko iku bisa nulis lan maca aksara Jowo, katilik saka anané buku paninggalan sing ditemokaké ing Tapelan lan desa-desa liyané. Buku peninggalan Samin Surosentiko sing ana ing desa Tapelan diarani Serat Jamus Kalimasada. Buku iki kapèrang dadi sawetara buku antara liya Serat Uri-Uri Pambudi, yakuwi buku sing isiné ngupakara budi pekerti manungsa. Ajaran Kebatinan Samin Surosentiko apunjer ing kawruh manunggaling kawula gusti utawa sangkan paraning dumadi sing di ibarataké warangka manjing curiga. Kanggo nglawan Pemerentah Kolonial Walanda, Samin Surosentiko ngajak para pendhèrèké nulak mbayar pajek, nulak ndandani dalan, nulak ronda wengi lan nulak kerja peksa/rodi. Perkara kanegaran uga ana ing Serat Pikukuh Kasajaten ajaran Samin Surosentiko, yakuwi negara bakal kawentar lan wibawa yèn bisa didadèkaké panggonan ngeyub kanggo wargané lan para warga tansah nguri-uri ilmu pangetahuan lan urip damai. [11]

  • Geger Samin. Samin Surosentiko lair tahun 1859, ing desa Ploso Kedhiren, Randhublatung, Kabupatèn Blora. Bapaké sing jenengé Raden Surowijaya nanging luwih koncar kanthi tetenger Samin Sepuh. Jeneng asliné sakbeneré Radèn Kohar, nanging tembé mburi diowahi dadi Samin, jeneng sing luwih kemrakyat. Wiwit tahun 1890, Samin Surosentiko nyebaraké ajarané ana ing tlatah Klopodhuwur, Blora. Akèh warga desa sakubengé sing uga kepéncut marang ajarané, saéngga jroning wektu ora suwé wis akèh warga sing dadi muridé. Wektu iku Pemerentah Kolonial Walanda durung pati ngrèwès merga dianggep ajaran kebathinan biasa utawa agama anyar sing ora mbebayani tumraping pemerentah kolonial. Ana ing tahun 1903 Residen Rembang nglapuraké yèn ana sawetara 711 pendhèrèk Samin sing nyebar ana ing 34 desa ing Blora bagèan kidul lan Bojonegoro lagi padha nyebaraké ajaran Samin. Tekan titi wanci tahun 1907 warga Samin wis tambah ngrembaka dadi limang èwunan. Pemerentah Kolonial Walanda wiwit ngrasa was-was saéngga akèh pendèrèk Samin sing dicekel lan dikunjara. Nalika tanggal 8 Nopember 1907, Samin Surosentiko diangkat déning pendhèrèké dadi Ratu Adil, kanthi gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Patang puluh dina sakwisé pemgangkatan mau Samin Suryosentiko dicekel déning Radèn Pranolo, Asisten Wedana Randhublatung. Sakwisé dicekel, Samin lan 8 pendhèrèké dibuang ning luar Jawa nganti sak tilar donyané ing tahun 1914. Kanthi dicekelé Samin tibaké ora matèni Gerakan Samin. Tahun 1908, Wongsorejo, salah sawijining pendhèrèk Samin nyebaraké ajaran Samin nèng Madiun. Ning kéné warga desa diasut supaya ora mbayar pajek marang pemerentah Kolonial. Sidané Wongsorejo lan pendhèrèké uga dicekel lan dibuang ning luar Jawa. Tahun 1911, Surohidin, mantuné Samin Surosentiko karo Engkrak, salah sawijining pendhèrèké, nyebarake ajaran Samin ning tlatah Grobogan; déné Karsiyah nyebaraké ajaran Samin ing tlatah Kajèn, Pati. Ana ing tahun 1912 pendhèrèk ajaran Samin nyoba nyebaraké ajaran ning tlatah Jatirogo, Tuban, nanging ora kasil. Tahun 1914, minangka pucuking Geger Samin, amerga Pemerentah Walanda ngunggahaké pajek, malahan ing sawetara tlalah kayata ing Purwodadi, Madiun, Pati lan Bojonegoro, wong-wong Samin wis ora ngregani para Pamong Desa lan Pulisi. Tahun 1930 perlawanan Samin tumrap Pemerentah Kolonial mandheg merga ora ana figur pemimpin sing kuat. Saka data sing ditemokaké ing Serat Punjer Kawitan, disimpulaké yèn Samin Surosentiko iku sawijining Pangèran utawa bangsawan sing nyamar dadi wong cilik kanggo ngumpulaké kekuatan rakyat supaya nglawan pemerentah Kolonial Walanda. [12]

Panganan Khas Blora

  • Saté Blora. Sing paling populèr arupa saté pitik sing disundhuki cilik-cilik nganggo bumbu kacang. Bubar mangan sing di itung sujèné sing digawé saka sada. Salah sawijine bakul sate ayam sing kawentar enak lan bukak rina (sing akeh sate ayam bukak mbengi) yakuwi sate Pak Kadirun, kidul Kantor Polantas anyar - biyen Polres Blora. Jinis saté liyané yakuwi saté jagal utawa saté daging sapi lan saté wedhus.

Mangut Iwak Pé

  • Soto Klethuk. Ora pati béda karo soto saka daerah liya, mung ning Blora sotoné nganggo klethuk, yakuwi gorèngan gemblong telo sing diirisi cilik-cilik marakké tambah mirasa lan duduhe biasane bening.

  • Mangut. Bahan dasar masakan iki arupa iwak panggang “Pé”, yaiku sajenis iwak pari yang diproses kanthi pengasapan nganggo kayu khusus saéngga ngasilaké aroma sing khas. Paling sedhep dicampur témpé lan lombok ijo terus dibumboni lan digodhok nganggo santen. Saliyané dimasak mangut, panggang iwak “Pé” uga énak dipenyèt nganggo sambel trasi. Bahan Mangut: 10 potong tempe, 5 potong ikan panggang/ ikan asap, Santen dari 1 butir kelapa, Pete secukupnya, Minyak goreng sacukupé. Bumbuné : 12 siung brambang, 8 siung bawang putih, Lombok ijo keriting sakcukupé, 1-2 ruas laos, 3 lembar godhong salam, 1 ruas kunir, 3 butir tomat hijau. Cara masaké : 1. Iris brambang, bawang putih dan lombok ijo malang-malang. 2. Tumis sing wis diirisi nganti mabu wangi. 3. Sisihkan bumbu yang ditumis ning njero wajan. 4. Cemplungno tempe, laos, kunir lan godhong salam. 5. Cemplungno santen, udhek lan di neng ké nganti umob. 6. Cemplungno iwak pe sing wis di iris-iris ning njero santen lan udheg nganti rata. 7. Tambahké lan lan gula secukupé. Resep diunduh saka Web Alumni SMAN Blora ILUSA [13]

  • Tahu Lontong. Tahu Lontong Blora (nèng tlatah liya asring dijenengké Lontong Tahu), pancèn mirasa tenan. Tahu digorèng setengah mateng terus dipress nganggo piring supaya banyune tahu ilang. Banjur tahu ditumpangké sandhuwuring lontong, njur disiram nganggo bumbu kacang kécap. Ning ndhuwuré maněh di wur-wuri kacang lan brambang gorèng. Sing kawentar ning Blora yakuwi Tahu Lontong Yu Tun sing dhasar ing Depot Gajah, Alun alun Blora. Ing kutha-kutha liya uga ana sawetara sing dodol Tahu Lontong Blora, kayata ing Semarang Tahu Lontong Blora mas Aris ing dalan Citarum. Ing Jakarta ana Tahu Lontong / Sate Blora Agus sing bukak warung ning Klender lan Sate Blora Kalibata ing plataran TMP Kalibata. Yèn ing kutha Yogyakarta uga ana Tahu Lontong Blora Bu Puji sing bukak warung ning Baciro.

Lembarang (Rahasia Resep Ibu Poeryoto Ngawen Blora)

  • Lembarang. Lembarang mono klebu golongan janganan / sayuran sing bahan bakune iwak pitik / daging ayam. Bahan : Daging ayam, tewel, labusiem, lombok abang sakcukupe, brambang, bawang, tumbar, kunir, uyah, godong sereh, godong jeruk, santen, kemiri lan laos. Cara masaké: Bumbu-bumbu diulek nganti alus, sakliyané godong serèh, godong jeruk, laos lan santen. Sakwise alus, nembé digongsèng nganggo minyak gorèng nganti mambu wangi. Daging ayam / Sayuran dicemplungké sawisé sauntara wektu, nembé dijogi santen. Sakwise daging ayamé empuk, nembé bisa di hidangké. [14]

  • Jajanan. Saliyané saté lan Soto, akèh panganan utawa jajanan khas Blora antara liya: sangkolun, godrès, gandhos, iwel-iwel, moho, thathakriyak, dumbeg, pasung, cempura, horog-horog, grontol, gendar, gemblong, gendar, untir-untir, lepet jagung.

  • Ombènan. Limun kawis, legèn, wédang cemoè.

  • Woh-wohan. Siwalan, Mindhik, Juwet, Jambu Ménté.

  • Janganan. Krai, Plonco utawa Gendhoyo, Temu Kunci.

  • Krupuk Sarmiyer (Samiler). di gawe soko puhung, diproduksi paling akeh nang deso Wantilgung Kecamatan Ngawen. biasane diiderne gawe pikulan nyampek Suroboyo, Semarang, Malang lan liya-liyane. tapi paling akeh diiderne nang Suroboyo.

Plesiran

  • Gua Terawang. Gua Terawang minangka obyèk wisata alam, dumadi saka endapan watu gamping (limestone), Pegunungan Kendheng Utara sing umuré udakara 10 yuta tahun. Dumunung ana ing Desa Kedhungwungu, Keacamatan Todanan, tlatah alas KPH Blora, kurang luwih 35 km sisih kuloné Kutho Blora. Gua Terawang dawané kurang luwih 180 meter lan jeroné 5-11 meter ing ngisor lemah. Ing njeroné ana stalagmit lan stalagtit sing nyata éndah. Ing tlatah iki uga ana sawetara gua liyané yakuwi Gua Kidang, Gua Suru, Gua Manuk lan sapunanggalané.

  • Waduk Bentolo. Waduk Bentolo dumunung ora pati adoh saka lokasi Gua Terawang, yaiku ing Kecamatan Todanan. Waduk Bentolo minangka sumber irigasi kanggo sawah-sawah ing tlatah sakubengé. Sakliyané kuwi Waduk Bentolo uga dadi salah sawijiné obyek wisata lan lokasi Bumi Perkemahan Pancasona.

  • Waduk Tempuran. Waduk Tempuran minangka sarana irigasi, wisata alam lan sarana pembinaan olah raga dayung . Masyarakat sakubengé uga nggunaaké Waduk Tempuran kanggo budidaya iwak karamba. Waduk iki dumunung kurang luwih 10 km sisih lor étane Kutha Blora.

  • Waduk Grènèng. Waduk Grènèng ambané udakara 45 ha, dumunung ana ing Kecamatan Tunjungan, kurang luwih 12 km lor kuloné Kutha Blora. Sakliyané kanggo irigasi, waduk iki uga nduwèni fungsi kanggo miara iwak, pemancingan lan minangka obyèk wisata

Gambar Loko Tour Cepu Sumber saka: http://www.internationalsteam.co.uk/trains/java07.htm

  • Loko Tour. Loko Tur ngrupaaké pakèt wisata perjalanan kia-kira patang jam ing alas Cepu Blora nganggo sepur sing digèrèt lokomotip tuwa gawéan Berliner Maschinnenbaun Jerman taun 1928.

  • Pemandian Sayuran. Pemandian Sayuran dumunung kurang luwih 14 km lor étané Kutha Blora. Pemandangan saka tlatah iki pancèn éndah lan hawané seger merga klebu tlatah pegunungan. Pemandian Sayuran uga dilengkapi pemandian kanggo anak-anak lan padhépokan kanggo para wisatawan.

  • Agro Wisata Temanjang. Obyek wisata iki dumunung ana ng tlatah alas jati 16 km kidulé Kutha Blora. Daerah iki kawentar ana sawijining obyek wisata Dungmandur, arupa kedhung sing ora tau sat banyuné lan dikubengi déning sakèhé wit-witan. Ing obyek wisata Temanjang kéné uga ana panggonan kanggo nginep utawa tetirah.

  • Obyek Wisata Gunung Manggir. Arupa wisata alam pegunungan sing dumunung ing pebukitan Manggir, desa Ngumbul, Kecamatan Todanan, udakara 38 km kuloné Gua Terawang. Kayadéné Gua Terawang, obyèk Gunung Manggir iki uga nduwèni gua sing njeroné ana stalagtit stalagmit-é. Sak loré Gua Manggir ana manèh Gua Mangklih sing njeroné ana sendhangé.

  • Obyek Wisata Geologi. Wisata Geologi yakuwi wisata alam utawa wisata ilmu kebumian kanthi obyek sing magepokan karo proses geologi, contoné lenga patra lan gas bumi. Ing tlatah Kabupatèn Blora akèh sumur lenga patra sing diketemoaké déning BPM ing taun 1890. Saka kurang luwih 648 sumur mau 112 sumur isih ngasilaké lenga patra. Nganti saiki isih akèh sumur lenga patra tua sing di budidayaaké déning warga kanthi cara tradisional.

  • Taman Budaya lan Seni Tirtonadi. Sawijining taman rekreasi ing tengah kutha Blora kang senajan cilik nanging pepak saranané kayata kolam renang kanggo diwasa lan bocah cilik, panggung hiburan, kurungan manuk lan liya liyané. Taman Tirtonadi iki jaman biyèn tau dadi Kebun Kewan sing ramé ditekani keluarga, bocah-bocah cilik lan remaja.

Taman Rekreasi Tirtonadi Blora

Tokoh Asal Blora